Senin, 27 Januari 2014

Galau Melanda Remaja Bila Tak Punya Panutan

Pasti banyak yang bertanya-tanya Kenapa sih anak remaja zaman sekarang cenderung galau? Sedikit masalah, putus dengan pacar, tidak diberi hadiah, dan apa saja yang menganggu difikiran ujung-ujungnya menjadi kata "galau" dan kemudian diaplikasikan melalui jejaring sosial tentang keadaan galaunya lewat sharing status. Kira-kira apa ya yang menyebabkannya mereka galau? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, banyak faktor yang menyebabkan murid galau, salah satu faktornya yaitu karena mereka tidak punya figur.

Kepala Sekolah SMA Insan Cendekia Madani Tangerang Rochmadi, S.Si mengatakan, murid-murid yang galau karena tidak punya figur yang menjadi panutan. Misalnya orangtua yang tidak bisa dijadikan sebagai panutan.

Galau Melanda Bila Tak Punya Panutan
Monyet galau. Dok. Umarat.wordpress.com
"Di sekolah mereka juga tidak punya figur, baik dari guru maupun teman-temannya, makanya mereka mencari figur-figur lain, seperti yang banyak sekarang ini yang dicari itu budaya Korea Pop (K-Pop). Mereka sangat menggilai itu, sampai segala hal darinya yang membanggakan," ujarnya saat berbincang kepada Okezone.com, belum lama ini.

Rochmadi mencontohkan, alasan kegalauan lainnya yang banyak dialami anak muda yakni karena masalah ekonomi. Kedua orangtua yang bekerja, di mana anak ditinggal hanya bersama pembantu. Di satu sisi memang orangtua mencari nafkah untuk anaknya, sehingga tak jarang lupa dengan anaknya sendiri.

"Memang kegalauan itu karena tidak ada figur dan ditambah lagi dengan tayangan-tayangan di televisi yang memang sebagian besar tidak membuat anak tidak terdidik," ucapnya.

Buktinya, tambah Rochmadi, banyak sinetron remaja yang sering ditayangkan mulai pukul 17.00 hingga 20.00 WIB, dengan beragam cerita dan tingkah polah publik figur yang bermain dalam sinetron tersebut.

"Bagaimana bisa gurunya bercanda dengan luar biasa dengan muridnya dan gurunya blak-blakkan suka dengan muridnya. Jadi, gurunya bukan jadi figur lagi, melainkan menjadi bahan ejekkan," ungkapnya.

Sementara Kepala Sekolah SMK 2 Kota Bekasi Sugiyono mengatakan, galau bisa terjadi karena beberapa faktor, seperti faktor keluarga, bisa juga karena si anak tersebut mempunyai masalah, termasuk di sekolah.

"Kalau di sekolah mungkin kurang bergaul atau mungkin kurang pembinaan oleh pihak Bimbingan Konseling (BK) dan wali kelas, kalau saya sebagai Kepala Sekolah tidak. Jadi, setiap hari guru itu kalau bisa membuka ruang BK menjadi suatu kesenangan anak-anak murid untuk berkunjung, dibiasakan dekat dengan guru dan anak, termasuk wali kelas dengan guru BK," tuturnya.

Sugiyono melanjutkan, galau karena faktor keluarga itu sudah banyak terjadi seperti itu. "Melamun juga bisa terjadi kegalauan atau dari kepribadiannya sendiri," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar